Selasa, 13 Januari 2015

Hilangnya Alat Musik Tradisional di Era Globalisasi

Nama : Betyeka A R
Kelas : 1 EA 10
NPM : 12214150

"HILANGNYA ALAT MUSIK TRADISIONAL DI ERA GLOBALISASI"

PENDAHULUAN
Kesenian merupakan hasil kebudayaan manusia yang ada di dalam masyarakat, dan tidak pernah terlepas dari unsur masyarakat sebagai salah satu bagian penting dari proses terbentuknya kebudayaan itu sendiri. Kesenian itu dipelihara dan berkembang di masyarakat seiring berjalannya waktu dengan menciptakan kebudayaan baru.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia terdiri dari beribu-ribu pulau yang membujur dari Sabang sampai Merauke. Pada masing-masing pulau tersebut tinggal dan hidup suku-suku bangsa dengan adat istiadat atau kebudayaan yang diperoleh dari warisan para leluhur mereka. Tentu saja setiap kebudayaan yang mereka peroleh dan telah dimiliki oleh masing-masing suku bangsa tersebut satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda. Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan alam sekitar di mana suku bangsa itu tinggal dan hidup.

Alat musik tradisional negara kita semakin hari semakin hilang keberadaannya. Diakibatkan warga negara Indonesia yang semakin kurang keinginannya untu melestarikan kebudayaan alat musik tradisional. Pada tulisan kali ini judul yang saya petik adalah tentang “Hilangnya Alat Musik Tradisional di Era Globalisasi”.
Supaya kita dapat terus mempertahankan kebudayaan ini seharusnya tidak melupakan kepribadian bangsa. Selain itu harus dapat juga memberikan dasar bagi pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan. Hal ini berarti memberi kesempatan berkembangnya keanekaragaman budaya dari masing-masing suku. Semua itu harus dijaga agar keanekaragaman itu tidak membahayakan persatuan bangsa.
Pembuatan tulisan tentang Alat Musik Tradisional ini dilakukan karena mengingat pentingnya fungsi dan peranan kebudayaan nasional, khusunya tentang kesenian dalam era pembangunan yang sedang dijalankan di Indonesia. Kita semua sadar bahwa pembangunan yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia tidak terbatas pada pembangunan fisik saja tetapi juga yang bersifat non fisik. Salah satu unsur pembangunan fisik dalam bidang kebudayaan adalah Kesenian.
Kekayaan peralatan hiburan dan kesenian tradisional yang diperoleh dari masing-masing bidang merupakan kebanggaan dan unsur mempertebal rasa harga diri sebagai bangsa yang memiliki tradisi kebudayaan yang tinggi bagi generasi penerus di masa mendatang.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka dibuatnya tulisan ini berdasarkan referensi yang sangat jelas bertujuan untuk mengetahui sisa-sisa alat musik tradisional yang masih ada dan semakin langka serta masih di kembangkan oleh masyarakat yang bersangkutan.
Dalam membicarakan Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional yang meliputi Permainan, Olah Raga, Musik dan Tari Tradisional, maka apabila kita kaji lebih lanjut

informasi mengenai peralatan sangat kurang memadai. Hal itu dapat dibuktikan karena sangat terbatasnya peralatan yang sering kita jumpai baik dalam perpustakaan-perpustakaan maupun museum yang sudah sangat sedikit buku yang memuat tentang kesenian tradisional daerah terutama alat musik tradisional. Apalagi di dalam buku-buku Etnomusikologi sudah jarang dimuat tentang peralatan kesenian tradisional maupun alat musik tradisional. Di museum pun seperti itu tidak semua peralatan kesenian daerah terdapat di dalam museum.
 


PEMBAHASAN
Alat musik tradisional merupakan salah satu peninggalan dari leluhur kita. Mereka memberikan peninggalan seperti ini supaya kelak kita bisa mengembangkannya dan selalu menjaganya supaya tidak hilang ataupun musnah karena pengaruh budaya asing ataupun lainnya. Tetapi sudah banyak masyarakat Indonesia yang terkena pengaruh budaya asing dan cenderung melupakan peninggalan itu. Mereka sudah terpengaruh oleh banyaknya informasi-informasi yang didapatkannya, baik dari televisi maupun internet.
Kita semua sadar bahwa pada masa sekarang ini terutama di era Globalisasi sudah semakin langka orang-orang memiliki kemahiran membuat alat-alat musik tradisional tersebut. Dan apabila kita perhatikan sudah jarang kita temukan orang yang pandai memainkan peralatan musik tradisional tersebut. Sekarang lebih sering orang-orang yang membuat alat musik modern dan memuat tentang alat-alat musik maupun peralatan kesenian modern di dalam buku-buku, dan lebih banyak orang yang pandai memainkan alat musik modern dibandingkan alat musik tradisional. Hal ini mungkin disebabkan karena generasi penerus kurang menekuni pada bidang ini, sehingga cenderung untuk melupakannya. Untuk itu perlu ditanamkan sejak dini keinginan orang menggunakan peralatan tersebut, sehingga diharapkan mereka dapat mengembangkannya.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi modern sekarang ini, apakah alat musik tradisional masih mampu bertahan atau sebaliknya?. Sebab, akhir-akhir ini peralatan tersebut terlihat semakin terdesak. Masyarakat Indonesia sendiri sudah jarang yang menggunakan peralatan musik tersebut. Di era globalisasi ini banyak pengaruh budaya asing yang membuat semua orang lebih memilih menggunakan alat musik modern dibandingkan dengan peralatan tradisional yang mungkin mereka sebut itu kuno. Apalagi anak ABG jaman sekarang, sudah lupa akan peninggalan sejarah alat musik tradisional. Padahal alat semacam itu harus tetap dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya, pembuatan dan penggunaannya supaya tidak hilang dari bangsa kita. Yang ditakutkan dari ini adalah karena terlalu asyik dengan kesenian modern maka penerus di masa yang akan datang tidak mengenal peninggalan-peninggalan jaman dahulu alat musik tradisional.
Karena adanya pengaruh budaya asing yang masuk ke negara kita, masyarakat Indonesia lebih banyak yang memilih menggunakan alat musik modern, banyak alasan yang di dapatkan. Ada yang menyebut alat musik modern itu lebih keren, suaranya lebih bagus, lebih gaul dan tidak kuno. Justru alasan seperti itu salah,dengan alat musik tradisional pun kita bisa membuat semuanya menjadi keren dan bagus seperti alat musik modern. Dengan cara kita sering berlatih dan rajin memainkan alat musik tersebut.

Bagaimana bisa anak cucu kita nanti akan mengenal alat musik tradisional sedangkan dari kita sendiri masih malu bahkan tidak mau mengenal apa itu alat musik tradisional?  Dari begitu banyak alat musik tradisional di negara kita, tidak banyak orang yang mengetahuinya walaupun hanya sedikit.
Dalam tulisan ini saya akan perkenalkan beberapa alat musik tradisional yang mungkin sudah jarang ada yang mengetahuinya bahkan memainkannya.

1.  1. Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari ruas-ruas bambu, cara memainkannya digoyangkan dan digetarkan oleh tangan, alat musik ini telah dikenal di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali. Kata Angklung berasal dari Bahasa Sunda “angkleung-angkleungan” yaitu gerakan pemain angklung dan suara “klung” yang dihasilkannya.



Secara etimologis Agklung berasal dari kata “angka” yang berarti nada dan “lung” yang berarti pecah. Jadi angklung merujuk pada nada yang pecah atau nada yang tidak lengkap. Kata angklung diambil dari cara memainkan lat musik tersebut dimainkan.

Menurut Karuhun Urang Sunda jaman dahulu, kehidupan manusia diibaratkan seperti tabung angklung. Tabung tersebut mempersonifikasikan manusia itu sendiri. Angklung bukanlah sebuah angklung apabila hanya terdiri dari satu tabung saja. Itu menguibaratkan bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri (individu) tetapi juga menggambarkan bahwa manusia hidup bersosialisasi. Tidak hanya itum tabung angklung yang terdiri tabung yang besar dan yang kecil menggambarkan perkembangan manusia. Tabung kecil merupakan gambaran manusia yang mempunyai cita-cita untuk menjadi besar (tabung besar). Kedua tabung tersebut
mempunyai makna bahwa manusia tahu dan paham akan batasan-batasan dirinya, layaknya kedua tabung angklung yang dimainkan beriringan menghasilkan harmonisasi, manusia pun berjalan beriringan menciptakan keharmonisasian dalam kehidupan bermasyarakat. Jika dilihat dari rancangan pembuatannya, bentuk

keseluruhan angklung menjadi bentuk tersendiri. Angklung dari bentuk yang paling kecil sering dibuat untuk hiasan dinding.

·         Sejarah Angklung
Pada jaman dahulu kala, instrumen angklung merupakan instrumen yang memiliki fungsi ritual keagamaan. Menurut keterangan yang saya baca pada website resmi Saung Angklung Udjo yang menjelaskan bahwa fungsi utama angklung adalah sebagai media pengundang Dewi sri (Dewi Padi/Kesuburan) untuk turun ke bumi dan memberikan kesuburan pada musim tanam. Angklung yang digunakan berlaraskan tritonik (tiganada) tetra tonik (empat nada) penta tonik (lima nada). Angklung jenis ini seringkali disebut dengan Angklung Buhun atau “Angklung Tua” yang belum terpengaruhi unsur-unsur dari luar. Sehingga sampai saat ini masih sering dijumpai di beberapa desa yang menggunakan angklung buhun pada beragam kegiatan upacara.
Angklung adalah salah satu alat musik tradisional yang masih jelas keberadaanya, masih banyak masyarakat yang mengenal alat musik yang satu ini. Bahkan, di daerah Bandung, Jawa Barat ada satu tempat yang masih mengembangkan alat musik ini. Tempat itu bernama “Saung Angklung Udjo”. Di tahun 50-an ada sebuah keluarga yang bertempat tinggal di Padasuka Bandung, sepasang suami istri yang telah dikaruniai 10 orang anak, memulai perjalanan mereka dengan mendirikan Paguyuban  Kesenian Sunda yang unik. Ide dasarnya adalah ingin menjadikan bambu sebagai elemen yang memberikan banyak karaktek yang mendominasi.
Udjo Ngalagena sangat terinspirasi dengan filosofi gurunya yang bernama Daeng Sutigna. Dari prinsip-prinsip yang dimilki oleh Daeng kemudian dikembangkan oleh Udjo menjadi pertunjukan yang ideal. Sebuah pertunjukan yang memadukan kesian sunda yang atraktif dan pendidikan. Hal inilah yang membuat banyak orang tertarik untuk mengunjungi Saung Angklung Udjo.
Di tempat ini lah anak-anak usia dini sampai orang dewasa diperkenalkan dengan alat musik tradisional yang satu ini, mereka diajarkan bagaimana cara memainkan angklung, membuat angklung dan sebagainya. Tempat ini tidak hanya mengajarkan untuk berlatih memainkan angklung, Saung Angklung Udjo merupakan tempat wisata budaya yang lengkap karena memiliki arena pertunjukkan, pusat kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik bambu. Selain itu, keberadaan SAU di Bandung menjadi lebih bermakna karena kepeduliaannya untuk terus melestarikan dan mengembangkan Kebudayaan Sunda khususnya Angklung kepada masyarakat melalui sarana pendidikan dan pelatihan.



2.      2.  Siter
Alat musik tradisional siter digunakan dalam kesenian Siteran, di Ponggak, Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Siter berasal dari bahasa Jawa, berasal dari kata Siter dan mendapatkan akhiran an.

Bentuk siter seperti trapesium dengan kawat-kawat diatasnya . warnanya sesuai selera pembuatnya , ada yang diplitur warna cokelat, dan ada juga yang menggunakan cat ragam hias sesuai selera. Siter dibuat dari kayu, seperti kayu jati atau kayu suren. Kayu tersebut dibentuk trapesium. Diatas kotak kayu ditumpangi selembar papan kecil yang diletakkan miring, gunanya untuk meletakkan senar-senar. Dibagian tubuh yang lebih besar/lebar balok kayu kecil yang dibentuk sesuai selera. Lalu dipasang paku-paku untuk mengikat senar-senar kawat yang ditarik dari ujung ke ujung. Dibawah kotak tadi diberi kaki empat seperti kaki meja.



Sebenarnya cara pembuatan siter sendiri tidak terlalu rumit, tetapi meskipun terlihat mudah tidak banyak orang yang bisa membuatnya apalagi memainkannya. Sudah jarang kita lihat alat musik ini dimainkan lagi. Tetapi, menurut informasi yang saya baca, di kota Yogyakarta terdapat seorang pengrajin siter bernama udan Sore, ia berusia 60 tahun, abdi dalem Kraton Yogyakarta.

Siter digunakan untuk mengiringi lagu-lagu Jawa, seperti gitar. Bagi penggemar kesenian Jawa siter merupakan alat hiburan pribadi, jadi siter bisa dimainkan iringan instrumen lain seperti gamelan.

Cara memainkan alat musik ini adalah dengan cara memtik atau memukul dawai-dawai (senar kawat) itu dengan kuku, kulit atau plastik sama seperti haknya gitar. Setiap siter diaminkan oleh satu orang dengan duduk dibawah bersila. Siter ini kebanyakan dimainkan oleh seorang pria.

Alat musik ini disebar luaskan secara pribadi maupun kelompok. Biasanya salah satu anggota siteran membuat kelompok sendiri dengan anggota-anggota baru.

Sehingga banyak orang yang awalnya tidak mengenal siter menjadi tahu apa itu alat musik siter. Dan dengan cara seperti itu alat musik ini tidak mudah musnah dari bangsa kita, walaupun kita sadar pasti sekarang sudah jarang juga yang memainkannya.

3.     3. Tanjidor
Keberadaan pemerintahan Belanda di Indonesia telah memberikan pengaruh terhadap pengetahuan dasar tentang musik barat, salah satu bentuk pertunjukan seni yang ada pada masa pemerintahan Belanda, yaitu orkes yang menganut ketentuan orkes klasik pada zaman pemerintahan VOC, (zaman gubernur Jan Pieters Zooncoen). Selanjutnya, orkes tersebut menyatu dengan musik pribumi dalam bentuk kesenian “tiende duur”. Alat musiknya menggunakan alat musik dari Barat dan lagunya dari Betawi. Oleh karena itu, alat musik ini dikenal dengan alat musik tradisional khas betawi. Dan tiende duur diucapkan menjadi Tanjidur yang akhirnya menjadi kesenian Tanjidor.


 

Tanjidor merupakan salah satu jenis kesenian yang dianggap sebagai orkes para budak pada zaman pemerintah Belanda. Ketika perbudakan dihapuskan, Tanjidor tidak terbawa hilang, bahkan keberadaannya semakin diakui. Pada sekarang ini tanjidor masih dimainkan pada upacara pernikahan khususnya adat Betawi. Tanjidor hidup dan berkembang di pinggiran kota Jakarta.

Tanjidor biasanya dimainkan oleh orang Betawi asli, bukan keturunan. Orang Betawi asli yang dimaksudkan disini adalah orang pribumi Indonesia yang selama masa kolonial Belanda dibawa sebagai budak atau para pendatangyang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang sudah lama tinggal di Jakarta dan melebur menjadi orang Betawi.

Alat musik yang digunakan dalam Tanjidor meliputi alat musik gesek, tiup dan tabuh, yaitu terompet, simbal, drum, trombhon, piston, tenor, klarinet dan tambur. Ada dua kategori jenis lagu yang disajikan dalam Tanjidor, yaitu lagu-lagu instrumentalia dan lagu-lagu vokal. Lagu-lagu vokal yang dinyanyikan kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia.

4.   4. Gambang Kromong
Gambang Kromong merupakan salah satu kesenian yang hampir terabaikan keberadaannya karena jenis kesenian ini berasal dari daerah pinggiran Jakarta. Mayoritas oemain alat musik gambang kromong ini adalah warga pinggiran jakarta jga. Gambang Kromong dimiliki oleh dua kelompok masyarakat, yaitu masyarakat Tionghoa (keturunan dari perkawinan Tionghoa dan Pribumi) dan milik masyarakat Betawi.


  
Alat musik yang digunakan yaitu perpaduan alat-alat musik Tionghoa dengan Indonesia atau dengan musik eropa. Jenis yang digunakan dalam pertunjukka Gambang Kromong, antara lain :
Ø  Gambang, yaitu bilahan kayu yang berjumlah 18 bilah nada. Dalam alat musik gambang ini nama gambang terdengar dari daerah Jawa, Bali ataupun Sunda tetapi alat musk gambang dalam Gambang Kromong bertangga nada khas Cina.
Ø  Seperangakat (sepuluh) gong kettle yang kecil atau disebut kromong, yaitu instrumen yang dimainkan secara dipukul yang bentuknya mirip dengan bonang Jawa, reyong Bali, atau talempong Minangkabau yang mempunyai laras pentatonis sepanjang dua oktaf.
Kedua alat musik diatas merupakan bebrapa jenis alat musik yang dimainkan dalam pertunjukkan Gambang Kromong. Tidak hanya dua itu, masih banyak lagi alat musik yang digunakan dalam pertunjukkan Gambang Kromong.

5.     5. Gamelan Jawa
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang. Guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental. Tombo Ati adalah salah satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini lagu tersebut masih dinyanyikan dengan nilai ajaran islam, juga pada pentas seni seperti wayang-wayang atau acara Kraton.

Kini gamelan semakin dikenal oleh masyarakat mancanegara dengan diperkenalkan dengan negara-negara lain lewat promosi pariwisata-pariwisata yang sering dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Bahkan banyak orang luar yang ingin mempelajari bagaimana cara memainkan gamelan. Tetapi sayangnya, kita sendiri sebagai bangsa pemilik budaya tersebut malah sering tidak mengerti tentang budaya sendiri.

 
Alat yang dipakai untuk memukul gamelan adalah tabuh bonang. Gamelan Guntur madu ini hanya dibunyikan waktu perayaan sekaten. Selain itu digunakan juga pada acara perkawinan agung. Gamelan Bonang Kyai Gunturmadu hanya ada di Kraton Yogyakarta. Tetapi Gamelan Bonang ada di seluruh wilayah propinsi Yogyakarta.

KESIMPULAN
            Dari penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa alat musik tradisional di jaman era globalisasi sudah semakin hilang keberadaannya. Dari beberapa alat musik tradisional yang ada di negara kita ini, hanya beberapa yang masih digunakan, itupun tidak banyak. Karena, mereka lebih memilih menggunakan alat musik modern. Alat musik modern menurut mereka lebih bagus dan lebih keren. Mereka mungkin berfikir bahwa alat musik modern tidak se-kuno alat musik tradisional.
            Sebagai masyarakat yang baik, kita tidak boleh berpikiran seperti itu. Kita harus melestarikan peninggalan budaya kita. Terutama alat musiknya. Jangan terlalu terpengaruh dengan budaya luar sehingga kita melupakan budaya kita sendiri. Budaya yang seharusnya sampai detik ini masih berkembang dan tetap digunakan. Justru budaya itulah yang sekarang sudah hilang dari peradaban.



DAFTAR PUSTAKA
Moertjipto. 1993. Peralatan Hiburan dan Kesenian Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas Indonesia
Kasmahidayat, Yuliawan. dkk. 2006. Seni Budaya Untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Grafindo
------------------. 2000. Alat Musik  Tradisional. Malaysia: Perbadanan Kemajuan Kraftangan Malaysia
Kubarsah, Ubun R. 1994. Mengenal Alat-alat Kesenian Dari Daerah Jawa Barat. CV Beringin Sakti