Nama : Betyeka A R
Kelas : 1 EA 10
NPM : 12214150
"HILANGNYA ALAT MUSIK TRADISIONAL DI ERA GLOBALISASI"
PENDAHULUAN
Kesenian merupakan hasil kebudayaan manusia yang ada di dalam
masyarakat, dan tidak pernah terlepas dari unsur masyarakat sebagai salah satu
bagian penting dari proses terbentuknya kebudayaan itu sendiri. Kesenian itu
dipelihara dan berkembang di masyarakat seiring berjalannya waktu dengan
menciptakan kebudayaan baru.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa Indonesia terdiri dari
beribu-ribu pulau yang membujur dari Sabang sampai Merauke. Pada masing-masing
pulau tersebut tinggal dan hidup suku-suku bangsa dengan adat istiadat atau
kebudayaan yang diperoleh dari warisan para leluhur mereka. Tentu saja setiap
kebudayaan yang mereka peroleh dan telah dimiliki oleh masing-masing suku
bangsa tersebut satu dengan yang lainnya mempunyai corak yang berbeda.
Perbedaan tersebut disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan alam sekitar di
mana suku bangsa itu tinggal dan hidup.
Alat musik tradisional negara kita semakin hari semakin hilang
keberadaannya. Diakibatkan warga negara Indonesia yang semakin kurang
keinginannya untu melestarikan kebudayaan alat musik tradisional. Pada tulisan
kali ini judul yang saya petik adalah tentang “Hilangnya Alat Musik Tradisional
di Era Globalisasi”.
Supaya kita dapat terus mempertahankan kebudayaan ini seharusnya
tidak melupakan kepribadian bangsa. Selain itu harus dapat juga memberikan
dasar bagi pertumbuhan masyarakat yang bersangkutan. Hal ini berarti memberi
kesempatan berkembangnya keanekaragaman budaya dari masing-masing suku. Semua
itu harus dijaga agar keanekaragaman itu tidak membahayakan persatuan bangsa.
Pembuatan tulisan tentang Alat Musik Tradisional ini dilakukan
karena mengingat pentingnya fungsi dan peranan kebudayaan nasional, khusunya
tentang kesenian dalam era pembangunan yang sedang dijalankan di Indonesia.
Kita semua sadar bahwa pembangunan yang sedang dilakukan oleh bangsa Indonesia
tidak terbatas pada pembangunan fisik saja tetapi juga yang bersifat non fisik.
Salah satu unsur pembangunan fisik dalam bidang kebudayaan adalah Kesenian.
Kekayaan peralatan hiburan dan kesenian tradisional yang diperoleh
dari masing-masing bidang merupakan kebanggaan dan unsur mempertebal rasa harga
diri sebagai bangsa yang memiliki tradisi kebudayaan yang tinggi bagi generasi
penerus di masa mendatang.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran tersebut maka dibuatnya tulisan ini
berdasarkan referensi yang sangat jelas bertujuan untuk mengetahui sisa-sisa alat
musik tradisional yang masih ada dan semakin langka serta masih di kembangkan
oleh masyarakat yang bersangkutan.
Dalam membicarakan Peralatan Hiburan dan Kesenian Tradisional yang
meliputi Permainan, Olah Raga, Musik dan Tari Tradisional, maka apabila kita
kaji lebih lanjut
informasi mengenai peralatan sangat kurang memadai. Hal itu dapat dibuktikan karena sangat terbatasnya peralatan yang sering kita jumpai baik dalam perpustakaan-perpustakaan maupun museum yang sudah sangat sedikit buku yang memuat tentang kesenian tradisional daerah terutama alat musik tradisional. Apalagi di dalam buku-buku Etnomusikologi sudah jarang dimuat tentang peralatan kesenian tradisional maupun alat musik tradisional. Di museum pun seperti itu tidak semua peralatan kesenian daerah terdapat di dalam museum.
PEMBAHASAN
Alat musik tradisional merupakan salah satu peninggalan dari
leluhur kita. Mereka memberikan peninggalan seperti ini supaya kelak kita bisa
mengembangkannya dan selalu menjaganya supaya tidak hilang ataupun musnah
karena pengaruh budaya asing ataupun lainnya. Tetapi sudah banyak masyarakat
Indonesia yang terkena pengaruh budaya asing dan cenderung melupakan
peninggalan itu. Mereka sudah terpengaruh oleh banyaknya informasi-informasi
yang didapatkannya, baik dari televisi maupun internet.
Kita semua sadar bahwa pada masa sekarang ini terutama di era
Globalisasi sudah semakin langka orang-orang memiliki kemahiran membuat
alat-alat musik tradisional tersebut. Dan apabila kita perhatikan sudah jarang
kita temukan orang yang pandai memainkan peralatan musik tradisional tersebut.
Sekarang lebih sering orang-orang yang membuat alat musik modern dan memuat
tentang alat-alat musik maupun peralatan kesenian modern di dalam buku-buku,
dan lebih banyak orang yang pandai memainkan alat musik modern dibandingkan
alat musik tradisional. Hal ini mungkin disebabkan karena generasi penerus
kurang menekuni pada bidang ini, sehingga cenderung untuk melupakannya. Untuk
itu perlu ditanamkan sejak dini keinginan orang menggunakan peralatan tersebut,
sehingga diharapkan mereka dapat mengembangkannya.
Dengan pesatnya perkembangan teknologi modern sekarang ini, apakah
alat musik tradisional masih mampu bertahan atau sebaliknya?. Sebab,
akhir-akhir ini peralatan tersebut terlihat semakin terdesak. Masyarakat
Indonesia sendiri sudah jarang yang menggunakan peralatan musik tersebut. Di
era globalisasi ini banyak pengaruh budaya asing yang membuat semua orang lebih
memilih menggunakan alat musik modern dibandingkan dengan peralatan tradisional
yang mungkin mereka sebut itu kuno. Apalagi anak ABG jaman sekarang, sudah lupa
akan peninggalan sejarah alat musik tradisional. Padahal alat semacam itu harus
tetap dikembangkan dan dilestarikan keberadaannya, pembuatan dan penggunaannya
supaya tidak hilang dari bangsa kita. Yang ditakutkan dari ini adalah karena
terlalu asyik dengan kesenian modern maka penerus di masa yang akan datang
tidak mengenal peninggalan-peninggalan jaman dahulu alat musik tradisional.
Karena adanya pengaruh budaya asing yang masuk ke negara kita,
masyarakat Indonesia lebih banyak yang memilih menggunakan alat musik modern,
banyak alasan yang di dapatkan. Ada yang menyebut alat musik modern itu lebih
keren, suaranya lebih bagus, lebih gaul dan tidak kuno. Justru alasan seperti
itu salah,dengan alat musik tradisional pun kita bisa membuat semuanya menjadi
keren dan bagus seperti alat musik modern. Dengan cara kita sering berlatih dan
rajin memainkan alat musik tersebut.
Bagaimana bisa anak cucu kita nanti akan mengenal alat musik
tradisional sedangkan dari kita sendiri masih malu bahkan tidak mau mengenal apa
itu alat musik tradisional? Dari begitu
banyak alat musik tradisional di negara kita, tidak banyak orang yang
mengetahuinya walaupun hanya sedikit.
Dalam tulisan ini saya akan perkenalkan beberapa alat musik
tradisional yang mungkin sudah jarang ada yang mengetahuinya bahkan
memainkannya.
1. 1. Angklung
Angklung adalah alat musik tradisional yang terbuat dari ruas-ruas
bambu, cara memainkannya digoyangkan dan digetarkan oleh tangan, alat musik ini
telah dikenal di beberapa daerah di Indonesia, terutama di Jawa Barat, Jawa
Tengah, Jawa Timur dan Bali. Kata Angklung berasal dari Bahasa Sunda
“angkleung-angkleungan” yaitu gerakan pemain angklung dan suara “klung” yang
dihasilkannya.
Secara etimologis Agklung berasal dari kata “angka” yang berarti
nada dan “lung” yang berarti pecah. Jadi angklung merujuk pada nada yang pecah
atau nada yang tidak lengkap. Kata angklung diambil dari cara memainkan lat
musik tersebut dimainkan.
Menurut Karuhun Urang Sunda jaman dahulu, kehidupan manusia
diibaratkan seperti tabung angklung. Tabung tersebut mempersonifikasikan
manusia itu sendiri. Angklung bukanlah sebuah angklung apabila hanya terdiri
dari satu tabung saja. Itu menguibaratkan bahwa manusia tidak dapat hidup
sendiri (individu) tetapi juga menggambarkan bahwa manusia hidup
bersosialisasi. Tidak hanya itum tabung angklung yang terdiri tabung yang besar
dan yang kecil menggambarkan perkembangan manusia. Tabung kecil merupakan
gambaran manusia yang mempunyai cita-cita untuk menjadi besar (tabung besar).
Kedua tabung tersebut
mempunyai makna bahwa manusia tahu dan paham akan batasan-batasan
dirinya, layaknya kedua tabung angklung yang dimainkan beriringan menghasilkan
harmonisasi, manusia pun berjalan beriringan menciptakan keharmonisasian dalam
kehidupan bermasyarakat. Jika dilihat dari rancangan pembuatannya, bentuk
keseluruhan angklung menjadi bentuk tersendiri. Angklung dari
bentuk yang paling kecil sering dibuat untuk hiasan dinding.
·
Sejarah
Angklung
Pada
jaman dahulu kala, instrumen angklung merupakan instrumen yang memiliki fungsi
ritual keagamaan. Menurut keterangan yang saya baca pada website resmi Saung
Angklung Udjo yang menjelaskan bahwa fungsi utama angklung adalah sebagai media
pengundang Dewi sri (Dewi Padi/Kesuburan) untuk turun ke bumi dan memberikan
kesuburan pada musim tanam. Angklung yang digunakan berlaraskan tritonik
(tiganada) tetra tonik (empat nada) penta tonik (lima nada). Angklung jenis ini
seringkali disebut dengan Angklung Buhun atau “Angklung Tua” yang belum
terpengaruhi unsur-unsur dari luar. Sehingga sampai saat ini masih sering
dijumpai di beberapa desa yang menggunakan angklung buhun pada beragam kegiatan
upacara.
Angklung adalah salah satu alat musik tradisional yang masih jelas
keberadaanya, masih banyak masyarakat yang mengenal alat musik yang satu ini.
Bahkan, di daerah Bandung, Jawa Barat ada satu tempat yang masih mengembangkan
alat musik ini. Tempat itu bernama “Saung Angklung Udjo”. Di tahun 50-an ada
sebuah keluarga yang bertempat tinggal di Padasuka Bandung, sepasang suami
istri yang telah dikaruniai 10 orang anak, memulai perjalanan mereka dengan
mendirikan Paguyuban Kesenian Sunda yang
unik. Ide dasarnya adalah ingin menjadikan bambu sebagai elemen yang memberikan
banyak karaktek yang mendominasi.
Udjo Ngalagena sangat terinspirasi dengan filosofi gurunya yang
bernama Daeng Sutigna. Dari prinsip-prinsip yang dimilki oleh Daeng kemudian
dikembangkan oleh Udjo menjadi pertunjukan yang ideal. Sebuah pertunjukan yang memadukan
kesian sunda yang atraktif dan pendidikan. Hal inilah yang membuat banyak orang
tertarik untuk mengunjungi Saung Angklung Udjo.
Di tempat ini lah anak-anak usia dini sampai orang dewasa
diperkenalkan dengan alat musik tradisional yang satu ini, mereka diajarkan bagaimana
cara memainkan angklung, membuat angklung dan sebagainya. Tempat ini tidak hanya
mengajarkan untuk berlatih memainkan angklung, Saung Angklung Udjo merupakan
tempat wisata budaya yang lengkap karena memiliki arena pertunjukkan, pusat
kerajinan bambu dan workshop untuk alat musik bambu. Selain itu, keberadaan SAU
di Bandung menjadi lebih bermakna karena kepeduliaannya untuk terus
melestarikan dan mengembangkan Kebudayaan Sunda khususnya Angklung kepada
masyarakat melalui sarana pendidikan dan pelatihan.
2. 2. Siter
Alat musik tradisional siter digunakan dalam kesenian Siteran, di
Ponggak, Kelurahan Trimulyo, Kecamatan Jetis, Kabupaten Bantul. Siter berasal
dari bahasa Jawa, berasal dari kata Siter dan mendapatkan akhiran an.
Bentuk siter seperti trapesium dengan kawat-kawat diatasnya .
warnanya sesuai selera pembuatnya , ada yang diplitur warna cokelat, dan ada
juga yang menggunakan cat ragam hias sesuai selera. Siter dibuat dari kayu,
seperti kayu jati atau kayu suren. Kayu tersebut dibentuk trapesium. Diatas
kotak kayu ditumpangi selembar papan kecil yang diletakkan miring, gunanya
untuk meletakkan senar-senar. Dibagian tubuh yang lebih besar/lebar balok kayu
kecil yang dibentuk sesuai selera. Lalu dipasang paku-paku untuk mengikat senar-senar
kawat yang ditarik dari ujung ke ujung. Dibawah kotak tadi diberi kaki empat
seperti kaki meja.
Sebenarnya cara pembuatan siter sendiri tidak terlalu rumit, tetapi
meskipun terlihat mudah tidak banyak orang yang bisa membuatnya apalagi
memainkannya. Sudah jarang kita lihat alat musik ini dimainkan lagi. Tetapi, menurut
informasi yang saya baca, di kota Yogyakarta terdapat seorang pengrajin siter
bernama udan Sore, ia berusia 60 tahun, abdi dalem Kraton Yogyakarta.
Siter digunakan untuk mengiringi lagu-lagu Jawa, seperti gitar.
Bagi penggemar kesenian Jawa siter merupakan alat hiburan pribadi, jadi siter
bisa dimainkan iringan instrumen lain seperti gamelan.
Cara memainkan alat musik ini adalah dengan cara memtik atau
memukul dawai-dawai (senar kawat) itu dengan kuku, kulit atau plastik sama
seperti haknya gitar. Setiap siter diaminkan oleh satu orang dengan duduk
dibawah bersila. Siter ini kebanyakan dimainkan oleh seorang pria.
Alat musik ini disebar luaskan secara pribadi maupun kelompok.
Biasanya salah satu anggota siteran membuat kelompok sendiri dengan
anggota-anggota baru.
Sehingga banyak orang yang awalnya tidak mengenal siter menjadi
tahu apa itu alat musik siter. Dan dengan cara seperti itu alat musik ini tidak
mudah musnah dari bangsa kita, walaupun kita sadar pasti sekarang sudah jarang
juga yang memainkannya.
3. 3. Tanjidor
Tanjidor merupakan salah satu jenis kesenian yang dianggap sebagai
orkes para budak pada zaman pemerintah Belanda. Ketika perbudakan dihapuskan,
Tanjidor tidak terbawa hilang, bahkan keberadaannya semakin diakui. Pada
sekarang ini tanjidor masih dimainkan pada upacara pernikahan khususnya adat
Betawi. Tanjidor hidup dan berkembang di pinggiran kota Jakarta.
Tanjidor biasanya dimainkan oleh orang Betawi asli, bukan
keturunan. Orang Betawi asli yang dimaksudkan disini adalah orang pribumi
Indonesia yang selama masa kolonial Belanda dibawa sebagai budak atau para
pendatangyang berasal dari berbagai daerah di Indonesia yang sudah lama tinggal
di Jakarta dan melebur menjadi orang Betawi.
Alat musik yang digunakan dalam Tanjidor meliputi alat musik gesek,
tiup dan tabuh, yaitu terompet, simbal, drum, trombhon, piston, tenor, klarinet
dan tambur. Ada dua kategori jenis lagu yang disajikan dalam Tanjidor, yaitu
lagu-lagu instrumentalia dan lagu-lagu vokal. Lagu-lagu vokal yang dinyanyikan
kebanyakan menggunakan bahasa Indonesia.
4. 4. Gambang
Kromong
Gambang Kromong merupakan salah satu kesenian yang hampir
terabaikan keberadaannya karena jenis kesenian ini berasal dari daerah
pinggiran Jakarta. Mayoritas oemain alat musik gambang kromong ini adalah warga
pinggiran jakarta jga. Gambang Kromong dimiliki oleh dua kelompok masyarakat,
yaitu masyarakat Tionghoa (keturunan dari perkawinan Tionghoa dan Pribumi) dan
milik masyarakat Betawi.
Alat musik yang digunakan yaitu perpaduan alat-alat musik Tionghoa dengan
Indonesia atau dengan musik eropa. Jenis yang digunakan dalam pertunjukka
Gambang Kromong, antara lain :
Ø Gambang, yaitu bilahan kayu yang berjumlah 18 bilah nada. Dalam
alat musik gambang ini nama gambang terdengar dari daerah Jawa, Bali ataupun
Sunda tetapi alat musk gambang dalam Gambang Kromong bertangga nada khas Cina.
Ø Seperangakat (sepuluh) gong kettle yang kecil atau disebut kromong,
yaitu instrumen yang dimainkan secara dipukul yang bentuknya mirip dengan
bonang Jawa, reyong Bali, atau talempong Minangkabau yang mempunyai laras
pentatonis sepanjang dua oktaf.
Kedua alat musik diatas merupakan bebrapa jenis alat musik yang
dimainkan dalam pertunjukkan Gambang Kromong. Tidak hanya dua itu, masih banyak
lagi alat musik yang digunakan dalam pertunjukkan Gambang Kromong.
5. 5. Gamelan
Jawa
Gamelan Jawa merupakan Budaya Hindu yang digubah oleh Sunan Bonang.
Guna mendorong kecintaan pada kehidupan Transedental. Tombo Ati adalah salah
satu karya Sunan Bonang. Sampai saat ini lagu tersebut masih dinyanyikan dengan
nilai ajaran islam, juga pada pentas seni seperti wayang-wayang atau acara
Kraton.
Kini gamelan semakin dikenal oleh masyarakat mancanegara dengan
diperkenalkan dengan negara-negara lain lewat promosi pariwisata-pariwisata
yang sering dilakukan oleh Departemen Kebudayaan dan Pariwisata. Bahkan banyak
orang luar yang ingin mempelajari bagaimana cara memainkan gamelan. Tetapi
sayangnya, kita sendiri sebagai bangsa pemilik budaya tersebut malah sering
tidak mengerti tentang budaya sendiri.
Alat yang dipakai untuk memukul gamelan adalah tabuh bonang.
Gamelan Guntur madu ini hanya dibunyikan waktu perayaan sekaten. Selain itu
digunakan juga pada acara perkawinan agung. Gamelan Bonang Kyai Gunturmadu
hanya ada di Kraton Yogyakarta. Tetapi Gamelan Bonang ada di seluruh wilayah
propinsi Yogyakarta.
KESIMPULAN
Dari
penulisan diatas dapat disimpulkan bahwa alat musik tradisional di jaman era
globalisasi sudah semakin hilang keberadaannya. Dari beberapa alat musik
tradisional yang ada di negara kita ini, hanya beberapa yang masih digunakan,
itupun tidak banyak. Karena, mereka lebih memilih menggunakan alat musik
modern. Alat musik modern menurut mereka lebih bagus dan lebih keren. Mereka
mungkin berfikir bahwa alat musik modern tidak se-kuno alat musik tradisional.
Sebagai
masyarakat yang baik, kita tidak boleh berpikiran seperti itu. Kita harus
melestarikan peninggalan budaya kita. Terutama alat musiknya. Jangan terlalu
terpengaruh dengan budaya luar sehingga kita melupakan budaya kita sendiri.
Budaya yang seharusnya sampai detik ini masih berkembang dan tetap digunakan.
Justru budaya itulah yang sekarang sudah hilang dari peradaban.
DAFTAR PUSTAKA
Moertjipto. 1993. Peralatan
Hiburan dan Kesenian Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Universitas
Indonesia
Kasmahidayat, Yuliawan. dkk. 2006. Seni
Budaya Untuk Kelas XI. Jakarta: Penerbit Grafindo
------------------. 2000. Alat
Musik Tradisional. Malaysia:
Perbadanan Kemajuan Kraftangan Malaysia
Kubarsah, Ubun R. 1994. Mengenal
Alat-alat Kesenian Dari Daerah Jawa Barat. CV Beringin Sakti